Jumat, 11 April 2014

Surat Yang Tak Akan Pernah Tersampaikan

Halo..
   masih ingat aku?
haha.. entah sudah berapa lama kita tak bercanda seperti dulu. saling bertingkah bodoh, dan segala hal yang kini tak bisa lagi kita lakukan. tak banyak yang aku tau sekarang, tentang kabarmu, keadaanmu, kegiatanmu, semuanya. aku masih menganggap itu penting. namun aku ragu apakah kamu masih mau aku perhatikan, atau malah justru kamu merasa risih dengan itu? lupakan saja~
 
9 hari berlalu, terasa seperti 9 abad yang begitu membosankan tanpa ada sepatah sapaan darimu. semuanya terasa berbeda, amat sangat berbeda. kamu lebih banyak sibuk menekan setiap tombol yang ada di handphonemu. atau kamu lebih suka diam, dan pura-pura sibuk sendiri. (entah memang kamu benar-benar sibuk). aku tak lagi tau sekarang, yang aku tau hanya perubahan yang terasa begitu extreem. bagaimana bisa semuanya begitu cepat berlalu?jika kamu terlalu sakit karna semua, ini mungkin saja bisa terjadi. tapi aku tak percaya jika kamu bisa merasakan hal itu.. kamu masih bisa tertawa lepas, seperti tak ada beban disana. kamu masih bisa bercanda, seperti tak pernah ada masalah.

akupun bisa sepertimu
tertawa..
bercanda..
berharap penyesalan tak lagi menyesakkan rongga dada
namun hasilnya nihil~


siapa gerangan yang telah membuatmu berubah drastis seperti ini?
siapa gerangan yang telah mengajarkanmu banyak kosa kata yang sering kali menyakitkan hatiku?
siapa gerangan yang telah membuatmu bersikap seolah tak peduli? acuh?
siapa..??
benarkah semuanya telah berlalu?
telah bisa dengan mudah kamu lupakan?
dengan cepat kamu hindari?
secepat itukah, Sayang?
jika dulu kamu selalu mengatakan bahwa kamu menyayangiku, takut jika aku mengulang semuanya untuk kedua kali. lalu saat aku ingin memperbaiki semuanya, dimanakah kamu sekarang?
aku lelah untuk mendekatimu, membuatmu yakin bahwa ada cinta yang nyata disini (namun tertunda). aku lelah untuk membicarakan soal perasaan, karna kamu bilang "Ga ada lagi yang perlu dibahas". aku lelah memohon agar kamu mengerti. karna saat aku telah lakukan itu, kamu hanya bisa tertawa seolah menertawakan kebodohanku. entahlah.. dulu saat semuanya baik-baik saja, aku lebih suka kamu tertawa  dibanding diam sendiri. tapi sekarang setelah kita berpisah, aku lebih suka kamu diam sendiri daripada tertawa. kamu harus tau bahwa itu menyakitkanku..

jika kamu baca catatan ini, aku harap kamu jangan tertawa.
diamlah dan ajak hatimu bicara:)

Tidak ada komentar: